Selasa, 28 April 2015

sejarah sastra periode 1945


SASTRA PERIODE TAHUN ‘45
Sastra periode tahun 1945 masa perkembangan sastra Indonesia dari tahun 1945 sampai sekitar tahun 1950. Periode 1945 dibedakan atas dua corak, yaitu :
1.      Angkatan 45 , dan
2.      Sastra diluar angkatan 45
Sastra di luar angkatan 45 meliputi kegiatan sastra para pengarang angkatan-angkatan sebelumnya yang tetap menulis pada sekitar 1945, seperti Nur Sutan Iskandar, Sutan Takdir Alisjahbana dan lain-lain.
A.    Pengertian Angkatan 45 dan Sikap Pengarang terhadap Istilah Angkatan 45
1.      Angkatan 45 memiliki dua pengertian yaitu (1) pengertian dalam bidang polotik dan (2) pengertian dalam bidang sastra seni. Nama angkatan 45 sebenarnya baru terkenal mulai tahun 1949 pada waktu Rosihan Anwar untuk pertama kalinya melansir istilah Angkatan 45 dalam suatu uraiannya dalam Majalah Siasat tanggal 9 Januari 1949. Sebelum itu istilah-istilah yang dipakai bermacam-macam yaitu Angkatan Kemerdekaan, Angkatan Chairil Anwar, Angkatan Sesudah Perang, Angkatan  Pembebasan, Generasi Gelanggang, Angkatan Bambu Runcing, dan sebagainya. Yang mempertegas kehadiran Angkatan 45 serta kedudukan penyair dan sastrawan pendukungnya ialah H.B. Jassin.
2.      Perbandingan dengan Pujangga Baru
·         Sastra pujangga baru terlalu retorik, yakni menekankan pentingnya persamaan bunyi, irama dan pembakuan bentuk ; sedang angkatan 45 lebih mengutamakan isi, bentuk, kepaduan bahasa dan pikiran,
Dengan memasukan kata-kata kasar dank keras, namun tepat dan berfungsi Angkatan 45 jelas menolak konsep bahasa nan indah ala Romantik Pujangga Baru.
·         Cakrawala pengaruh mereka cari bukan sebatas sastra Belanda yang dipelajai di sekolah-sekolah menengah tetapi lebih luas ke sastra-sastra dunia yang lain. Kesungguhan mempelajari sastra dunia ini didorong oleh keinginan hendak menyempurnakan diri dalam teknik dan isi kesusastraan. Kesusastraan dalam bahasa inggris menjadi bacaan utama , menggantikan kesusastraan dalam bahasa Belandayang menjai bacaan utama kaum Pujangga Baru.

3.      Sikap Para Pengarang terhadap Istilah Angkatan 45
Mochtar Lubis, Pramoedya Ananta Toer dan Sitor Situmorang termasuk pengarang yang menerima penggunaan istilah Angkatan 45, sedangkan Asrul Sani dan beberapa pengarang lagi termasuk yang keberatan terhadap istilah angkatan 45. Beberapa alasan yang dikemukakan oleh mereka yang tidak setuju dengan istilah itu ialah sebagai berikut.
·         Tahun 1949 yaitu tahun Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tidak sepenuhnya  berhubungan dengan hal-hal yang mulia dan yang baik , karena pada tahun itu juga terjadi pembunuhan dan penculikan pada kedua pihak yang bertempur. Dengan demikian penamaan angkatan dengan tahun 1945 dapat juga mengingatkan kita pada hal-hal yang keji dan kotor.
·         Angkatan tahun , yaitu 1945 adalah suatu kesatuan waktu yang  sangat singkat dan relative terlalu fana sehingga penamaan dengan tahun 1945 itu akan dengan cepat menimbulkan sifat kekolotan beberapa tahun kemudian.
Sebaliknya mereka yang setuju dengan istilah angkatan 1945 membantah alas an-alasan tersebut. Diantaranya :
·         Dikatakan bahwa dalam menilai sesuatu peristiwa kita harus dapat membedakan yang membedakan yang pokok dengan yang tidak. Pembunuhan dan penculikan adalah soal kecil jika dibandingkan dengan masalah perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan suatu bangsa. Kemerdekaan adalah syarat mutlak bagi perkembangan kebudayaan suatu bangsa , termasuk perkembangan angkatan dengan nama tahun 1945 tetap memiliki nilai luhur , tidak perlu harus dalam kaitannya dengan nilai-nilai yang rendah.
·         Sebenarnya, tidak hanya penamaan yang menggunakan angka tahun yang mudah menimbulkan sifat kekolotan , tetapi penamaan akan menjadi bersifat kolot apabila sudah timbul angkatan atau generasi yang baru.
B.     Perbedaan Angkatan 45 dengan Angkatan Pujangga Baru.
1.      Pendapat A. Teeuw
Teeuw berpendapat bahwa perbedaan asasi antara Angkatan 45 dengan Pujangga Baru dan perbedssn itu berupa sifat Universal yang terdapat pada Angkatan 45. Dikatakan bahwa “Mereka adala manusia internasional yang  modern dan mereka memperlihatkan yang demikian itu dalam rupa Indonesianya, tetapi hal ini soal kedua” (1953:172).
2.      Pendapat H.B. Jassin
Menurut Jassin , perbedaan antara Pujangga Baru dengan Angkatan 45 terutama terletak dalam dua hal, yaitu :


·         Gaya
Perbedaan pandangan hidup, mereka memiliki persamaan dalam gaya,yaitu ekspresi yang mendarah daging. Gaya ekspresi bersifat lontaran pernyataan jiwa yang serta merta.
·         Konsepsi
Angkatan 45 memiliki konsepsi yang jelas, yaitu humanisme universal. Konsepsi ini memandang manusia dalam wujud hakikatnya, memandang manusia atas dasar sifat-sifatnya yang umum,tanpa membedakan jenis kelamin, usia, dan sebagainya. Konsepsi ini jelas sekali tercantum pada pernyataan mereka yang bernama Surat Kepercayaan Gelanggang.
3.      Pendapat dan Keterangan dari beberapa Pengarang Angkatan 45 tentang Pujangga Baru
1)      Rivai Apin
Berpendapat bahwa Pujanga Baru dalam memandang alam mudah berteriak pura-pura dengan kata seru. Rivai memandang alam itu sebagai sesuatu yang diterimanya seperti menerima adanya dirinya sendiri.
2)      Asrul Sani
Pujangga Baru mencoba memperoleh keindahan karangan dengan segala bunga kata dan terlalu banyak menggunakan beelspraak (kata perbandingan)
3)      Sitor Situmorang
Berpedapat “pandangan dan tenaga mencipta kebudayaan Pujangga Baru terikat pada zamannya, zaman sebelum Perang Dunia II di zaman penjajahan dengan zat-zat penjajah.
4.      Pendapat dan Keterangan dari Pengarang Pujangga Baru
Armijn Pane mengaggap bahwa antarakeduanya tidak ada perbedaan asasi. Sutan Takdir Alisjahbana menentang keras suatu anggapan , bahwa antara kedua angkatan itu ada perbedaan yang tajam. Sikap STA ini dibuktikan dengan usahanya menerbitkan kembali majalah Pujangga Baru pada tahun 1948 dan pada tahun 1954 berhenti terbit selama-lamanya. Jassin memberikan pendapat bahwa antara Angkatan Pujangga Baru dan Angkatan 45 sesungguhnya tidak ada pertentangan haya ada perbedaan itu sangat nyata beralasan perlainan rasa hidup.
5.      Perbedaan–perbedaan konsep seni Angkatan 45
·         Chairil Anwar : dalam surat kepercayaan gelanggang itu tidak terdapat konsep Chairil Anwar tentang tenaga hidup (vitalitas) yang harus ada pada setiap karya seni. Juga intensitas pandangan yang tidak puas hanya dengan melihat foto biasa, tetapi harus menembus kulit dan tulang. Inti , hakikat dan makna yang sebenarnya itulah yang dipentingkan dalam karya seni dan bukan hanya yang terlihat di permukaan.
·         Mochtar Lubis : bagi kita dalam perkataan human dignity itu tersimpul semua yang hendak kita perjuangkan.
·         Asrul Sani : yang penting ialah tidak menyerah kalah. Tidak akan terdapat hasil yang mengagumkan tanpa kesunyian. Mereka yang tidak mau mengalah akan makin merasa sunyi. Kita hidup diatas tanah gersang dimana setiap  nilai yang kita taburkan tidak tumbuh sebagai pepohonan yang kita kehendaki, tetapi sebagai semak belukar inipun kalau ia mau tumbuh. Didasar segalanya itu hanya kejujuran dan kejujuran ini di dunia tidak dapat tiada akan membawa kesunyian.
·         Pramoedya Ananta Toer : mengapa kita harus mati seorang diri, lahir seorang diri pula?
C.     Surat Kepercayaan Gelanggang
Surat Kepercayaan Gelanggang merupakan sikap dan pendirian Angkatan 45, walaupun pernyataan itu dibuat pada tanggal 18 Februari 1950 dan baru disiarkan dalam majalah Siasat pimpinan Rosihan Anwar pada tanggal 22 Oktober 1950. Setahun sesudah Chairil Anwar meninggal ( 28 April 1949 )
Surat Kepercayaan Gelanggang adalah pernyataan sikap perkumpulan “Gelanggang Seniman Merdeka”, suatu perkumpulan yang didirikan pada tahun 1947 yang didalamnya selain ada pengarang , juga berkumpul pelukis-pelukis musikus  dan seniman lain.
Isi selengkapnya Surat Gelanggang
Kami adalah ahli waris yang sah dari kebudayaan dunia dan kebudayaan ini kami teruskan dengan cara kami sendiri. Kami lahir dari kalangan orang banyak dan pengertian rakyat bagi kami adalah kumpulan campur baur dari mana dunia-dunia baru yang sehat dapat dilahirkan.
Keindonesiaan kami semata-mata karena kulit kami sawo matang, rambut kami yang hitam atau tulang pelipis kami yang menjorok kedepan, tapi lebih banyak oleh apa yang diutarakan oleh wujud pernyataan hati pikiran kami. Kami tidak memberikan sesuatu kata-ikatan untuk kebudayaan Indonesia, kami tidak ingat kepada melaplap hasil kebudayaan lama samapi berkilat dan untuk dibanggakan, tetapi kami memikirkan suatu penghidupan kebudayaan baru yang sehat. Kebudayaan Indonesia ditetapkan oleh kesatuan berbagai-bagai ransangan suara yang disebabkan oleh suara-suara yang dilontarkan dari segala sudut dunia dan yang kemudian dilontarkan kembali dalam bentuk suara sendiri. Kami akan menentang segala usaha-usaha yang mempersempit dan menghalangi tidak betulnya pemeriksaan ukuran nilai.
Revolusi bagi kami ialah penempatan nilai-nilai baru atas nilai-nilai usang yang harus dihancurkan. Demikian kami berpendapat, bahwa revolusi ditanah air kami sendiri belum selesai.
Dalam penemuan kami, kami mungkin tidak selalu asli, yang pokok ditemui itu ialah manusia. Dalam cara mencari,membahas, dan menelaah kami membawa sifat sendiri.
Penghargaan kami terhadap keadaan keliling (masyarakat) adalah penghargaan orang-orang yang mengetahui adanya saling pengaruh antara masyarakat dan seniman.

                                                                                    Jakarta, 18 Februari 1950

Isi pokok Surat Kepercayaan Gelanggang tersebut adalah :
1)      Angkatan 45 memandang dirinya sebagai ahli waris kebudayaan dunia dan akan diteruskan kebudayaan itu menurut cara mereka sendiri.
2)      Keindonesiaan mereka hanya dapat dikenal dari wujud pernyataan hati dan pikiran mereka, bukan dari bentuk-bentuk lahirnya.
3)      Kebudayaan Indonesia Baru tidak semata-mata berdasarkan kebudayaan Indonesia lama, tetapi ditetapkan dari ramuan hasil kebudayaan yang datang dari segenap penjuru dunia, yang kemudian dilontarkan kembali dalam wujud ciptaan menurut kehendak mereka.
4)      Revolusi bagi mereka adalah penempatan nilai-nilai baru diatas nilai-nilai lama yang sudah usang yang harus dihancurkan.
5)      Mereka berpendapat bahwa antara masyarakat dan seniman terjadi saling memengaruhi.
Boleh jadi benar pendapat Maman S. Mahayana dalam artikel “Di Balik Surat Kepercayaan Gelanggang” (Mahayana, 2005:452-456) bahwa publikasi Surat Kepercayaan Gelanggang itu dimaksudkan sebagai reaksi terhadap publikasi Mukadimah Lekra yang dicetuskan pada 17 Agustus 1950. Kemungkinan itu dapat dipahami berdasarkan perbedaan ideologi atau dasar pijakannya. Surat Kepercayaan Gelanggang berpijak pada humanism universal atau kemanusiaan sejagat, sedangkan Lekra secara tegas hendak melaksanakan realisme sosialis yang bersumber pada komunisme.
Tujuan perkumpulan Gelanggang Seniman Merdeka adalah mempertanggung jawabkan penjadian bangsa, mempertahankan dan mempersubur cita-cita yang lahir dari pergolakan pikiran dan roh, serta memasukan cita-cita dan dasar itu dalam segala kegiatan. Setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia kesadaan itu dipertegas lagi dan disiarkan dalam Siasat tanggal 22 Oktober 1950.
D.    Para Pengarang Angkatan 45
1.      Chairil Anwar
Chairil Anwar telah menghasilkan 94 tulisan , yang terdiri atas 70 puisi asli, 4 puisi saduran , 10 puisi terjemahan, 6 prosa asli, dan prosa terjemahan.
a)      Vitalitas Chairil Anwar
Vitalitas berarti kemampuan hidup penuh dengan semangat. Seorang vitalis berarti seorang yang memiliki semangat atau nafsu hidup yang meluap-luap. Vitalitas Chairil Anwar merupakan semangat hidup yang berusaha hendak mengisi eksistensi hidup ini dengan sepenuh-penuhnya dan mempertanggungjawabkan hidup dengan penuh kesadaran.
b)      Individualisme Chairil Anwar
Individualisme Chairil Anwar bukan individualism yang egoistis atau uber mens melainkan berpangkal pada sikap hidup yang eksistensialitis.
c)      Pandangan Chairil Anwar tentang Ilham dan Keindahan
Menurut Chairil seni adalah harmoni antara ilham dan pikiran. Tetang keindahan, Chairil berpendapat bahwa keindahan harus berpangkal pada vitalitas, pada hidup dan nafsu hidup.
d)     Masalah bentuk dan isi
Jadi yang penting menurut Chairil “si seniman dengan caranya menyatakan harus memastikan tentang tenaga perasaan-perasaan”, yang dengan bahan bahasa yang ipakai secara intutif.
2.      Asrul Sani
Asrul Sani adalah seorang penyair Angkatan 45 yang berusaha menghindari masalah angkatan dan tidak setuju dengan semboyang-semboyang yang sering digunakan oleh pengarang Angkatan 45 yang lain. Asrul Sani yang dilahirkan di Sumatra Barat, 10 Juni 1926, adalah seorang dokter hewan yang dalam dunia sastra bergerak dalam berbagai bidang. Ia banyak menulis esai, cerpen,puisi,kritik,terjemahan juga menyutradarai drama dan membuat film.
3.      Rivai Apin
Lahir pada tanggal 30 Agustus 1927 di Padangpanjang itu telah banyak menulis puisi sejak masih di sekolah menengah. Ia bergerak dalam bidang lain yang cukup banyak : menulis cerpen, esai,kritik, terjemahan, dan scenario film. Rivai Apin terkenal sebagai seorang nihilis emosional.
4.      Idrus
Idrus sering disebut sebagai pelopor Angkatan 45 di bidang prosa. Idrus menulis novel Perempuan dan Kebangsaan. Cerpen Idrus yang pernah dimuat dalam majalah “Riwayat Jatuhnya Seorang Walikota”. Dua bukunya yang terbit di Kuala Lumpur yaitu Dengan Mata Terbuka (1961), kumpulan cerpen Hati Nurani Manusia (1963). Idrus lahir di Padang 21 September 1921. Kumpulan karangannya berjudul Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma ; Aki (novel) dan Perempuan Kebangsaan (novel), drama Keluarga Surono (1948), esai Angkatan 66 dan cerpen-cerpennya.
5.      Paramoedya Ananta Toer
Lahir di Blora 2 Februari 1925. Karangan yang pertama-tama diterbitkan berjudul Kranji dan Bekasi Jatuh (1947), cerpen Blora, novel Perburuan (1950), kumpulan cerpen Subuh, kumpulan cerpen Cerita dari Blora (1952), Dia yang Menyerah, Hadiah Kawin, dan Anak Haram, Percikan Revolusi (1950),kumpulan cerpen  Di Tepi Kali Bekasi (1950), Mereka yang dilumpuhkan, Bukan Pasar Malam (1951) dan masih banyak yang lainnya.
6.      Mochtar Lubis
Lahir di Padang 7 Maret 1922. Ia lebih dikenal sebagai wartawan surat kabar yang dipimpinnya bernama Indonesia Raya namun akhirnya dilarang terbit. Ia juga menulis buku berjudul Perlawatan ke Amerika Serikat (1951), Perkenalan di Asia Tenggara (1951), Catatan Korea (1951), dan Indonesia (1955), kumpulan cerpen Si Jamal (1950), Perempuan (1956), Kebun Pohon Kastanye, novel singkat Tidak Ada Esok dan Jalan Tak Ada Ujung
7.      Sitor Situmorang
Lahir di Harianboho, Tapanuli 21 Oktober 1924, ia bergerak dibidang sastra pada tahun 1949. Kumpulan puisi Sitor yang pertama berjudul Surat Kertas Hijau (1954). Dari 33 puisi yang terdapat di dalamnya ada 6 puisi berbentuk sonata. Kumpulan puisi kedua berjudul Dalam Sajak (1955), kumpulan puisi yang ketiga berjudul Wajah Tak Bernama (1956). Kumpulan cerpen yang pertama berjudul Pertempuran dan Salju di Paris (1956), kumpulan cerpen yang kedua berjudul Pangeran (1963). Kumpulan esainya yang terbit pada 1975 berjudul Sastra Revolusioner. Kumpulan drama yang berjudul Jalan Mutiara (1954).
8.      Achdiat Karta Mihardja
Ia dilahirkan pada tanggal 6 Maret 1911 di Cibatu Jawa Barat. Namanya dikenal sesudah ia menerbitkan novel berjudul  Atheis terbit pada tahun 1949.
E.     Pengarang-Pengarang Angkatan 45 yang Lain
1.      Utuy Tatang Sontani
Novelnya antara lain Tambera, bebrapa karangan dramanya antara lain Bunga Rumah Makan (1948),  Awal dan Mira (1951), dan masih banyak yang lainnya.
2.      Trisno Sumarjo
Ia pernah menerbitkan majalah Seniman (1947) di Sala bersama dengan pelukis S. Sudjono. Beberapa karyanya antara lain Daun kering (1963) kumpulan cerpen, Wajah-Wajah yang Berubah (1968) kumpulan cerpen, Keranda Ibu (1963), Kata Hati dan Perbuatan (1952)dan masih banyak lagi.
3.      Aoh K. Hadimadja
Lahir di Bandung  15 September 1911, ia sering menggunakan nama samara Karlan Hadi. Karangan-karangannya ada Zahra (1962), Pecahan Ratna, Di bawah Kaki Kebesaranmu, Lakbok dan masih banyak yang lainnya
4.      M. Balfas
Ia lahir tanggal 25 Desember 1922 di Jakarta dan terkenal sebagai pengarang prosa, kumpulan cerpennya yang diterbitkan berjudul Lingkaran-Lingkaran Retak (1952).
5.      Rusman Sutiasumarga
Ia lahir di Subang 5 Juli 1917. Kumpulan cerpennya yang berjudul Yang Terempas dan Yang Terkandas, Korban Romantik (1964), dan Kalung (1964).
6.      Mh. Rustandi Kartakusuma
Ia lahir tanggal 21 Juli 1921 di Ciamis karangannya berupa drama, puisi, cerpen, terutama esai. Prabu dan Puteri (1950), Rekaman dari Tujuh Daerah (1951), Merah Semua Putih Semua (1961).
7.      M. Ali
Ia sering dijuluki sebagai pengarang Lapar karena sebuah drama radionya yang terkenal berjudul “Lapar”. Ia menulis novel yaitu 5 Tragedi (19540, Siksa dan Bayangan (1955), dan lain sebagainya

















DAFTAR PUSTAKA


Sarwadi.2004.Sejarah Sastra Indonesia Modern.Yogyakarta.Gama Media.
Sumadjo,Jacob.1992.Lintas Sastra Indonesia Modern.Bandung.Citra Aditya Bakti.
K.S,Yudiono.2007.Pengantar Sejarah Sastra Indonesia.Jakarta.Grasindo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar